Salah satu faktor penting yang mendukung program pertanian adalah pengadaan bibit bermutu, seragam dan diperoleh dalam jumlah yang banyak. Kebutuhan tersebut sulit dipenuhi apabila pengadaan bibit dilakukan secara konvensional. Untuk mengantisipasi hal tersebut, dapat ditempuh cara perbanyakan tanaman melalui teknologi kultur in vitro yang lebih dikenal dengan naman kultur jaringan. Kultur jaringan adalah metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti protoplasma, sel, sekelompok sel, jaringan dan organ serta menumbuhkannya dalam kondisi aseptik sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman utuh (Bhojwani dan Razdan 1983). Pada prinsipnya teknik kultur jaringan berdasar pada fenomena toti potensi (total genetic potensial), yaitu suatu fenomena dimana sel tanaman mempunyai kemampuan untuk beregenerasi menjadi tanaman utuh bila ditumbuhkan pada lingkungan yang cocok. (Pierik 1987). Teknik ini dicirikan oleh kondisi kultur yang aseptik, penggunaan media kultur buatan dengan kandungan nutrisi lengkap dan ZPT, serta kondisi ruang kultur dimana suhu dan pencahayaannya terkontrol (Yusnita 2003).
Keberhasilan penggunaan kultur jaringan dipengaruhi oleh jenis eksplan yang dikulturkan (meliputi bagian organ yang digunakan, umur fisiologi, ukuran, dan kualitas tanaman), media kultur dan lingkungan tumbuh dimana kultur ditumbuhkan. Hal tersebut terkait dengan tahapan dalam kultur jaringan, meliputi (1) pemilihan dan penyiapan tanaman induk sebagai sumber eksplan, (2) inisiasi kultur (kultur establishment), (3) multiplikasi atau perbanyakan propagul, (4) perpanjangan tunas, induksi dan perkembangan akar aklimatisasi planlet ke lingkungan luar (5) aklimatisasi planlet ke lingkungan eksternal. (Kadir, 2007).
Eksplan yang dikondisikan dalam media dengan penambahan ZPT tertentu (jenis dan konsentrasi) akan mengarahkan apakah eksplan akan terinduksi membentuk organ melalui proses organogenesis atau embrio melalui proses embryogenesis (Yusnita 2003). Teknik kultur jaringan tanaman nilam umumnya diinduksi untuk organogenesis. Organogenesis adalah proses terbentuknya organ seperti tunas atau akar baik secara langsung dari permukaan eksplan atau secara tidak langsung melalui pembentukan kalus terlebih dahulu. Nisbah sitokinin dan auksin yang tinggi mendorong pembentukan tunas, sedangkan nisbah sitokinin dan auksin yang rendah mendorong pembentukan akar, jika sitokinin dan auksin dalam jumlah yang seimbang akan mendorong pembentukan kalus (Bhojwani dan Razdan 1983)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar