Variasi somaklonal adalah keragaman genetik yang dihasilkan melalui kultur jaringan. Variasi somaklonal pertama kali ditemukan oleh Larkin dan Scowcorf (1989), yang mendefinisikan sebagai keragaman genetik dari tanaman yang dihasilkan melalui kultur sel, baik sel somatik seperti sel daun, akar, dan batang, maupun sel gamet.
Tidak seperti yang biasa terjadi pada persilangan, dimana keragaman timbul karena segregasi ataupun rekombinasi gen, pada variasi somaklonal keragaman terjadi akibat adanya penggandaan dalam kromosom (fusi, endomitosis), perubahan jumlah kromosom (tagging dan nondisjunction), perubahan struktur kromosom, perubahan gen, dan perubahan sitoplasma ( Kumar dan Mathur, 2004).
Variasi somaklonal yang terjadi pada tanaman dapat bersifat diwariskan (heritable) dan tidak diwariskan. Keragaman yang bersifat diwariskan, dikendalikan secara genetik,bersifat stabil dan dapat diturunkan secara seksual ke generasi selanjutnya. Sedangkan yang bersifat tidak bisa diwariskan dikendalikan secara epigenetik, yang biasanya akan hilang bila diturunkan secara seksual (Skirvin et al,1993).
Wattimena dan Mattjik (1992) menyatakan, keragaman genetik pada kultur jaringan dapat dicapai melalui fase tak berdiferensiasi (fase kalus dan sel bebas) yang relatif lebih panjang. Untuk mendapatkan kestabilan genetik pada kultur jaringan, dapat dilakukan dengan cara menginduksi sesingkat mungkin fase pertumbuhan tak berdiferensiasi. Skirvin et al.,1993 dan Jain, 2001 menyatakan bahwa variasi somaklonal dalam kultur jaringan terjadi akibat penggunaan zat pengatur tumbuh dan tingkat konsentrasinya, lama fase pertumbuhan kalus, tipe kultur yang digunakan ( sel, protoplasma, kalus jaringan), serta digunakan atau tidaknya media seleksi dalam kultur in vitro. Zat pengatur tumbuh kelompok auksin 2,4-D dan 2,4,5-T biasanya dapat menyebabkan terjadinya variasi somaklonal. Pada tanaman kelapa sawit, perlakuan 2,4-D pada kultur kalus yang mampu beregenerasi membentuk tunas menyebabkan variasi somaklonal saat aklimatiasasi di lapangan (Linacero dan Vazquez, 1992; Jayasankar, 2005).
Beberapa sifat tanaman dapat berubah akibat variasi somaklonal, namun sifat lainnya tetap menyerupai induknya. Dengan demikian, variasi somaklonal sangat bermanfaat dalam upaya peningkatan keragaman genetik untuk mendapatkan suatu sifat unggul dengan tetap mempertahankan sifat unggul yang lain.
Source: Pemanfaatan Variasi Somaklonal dan Seleksi In vitro dalam Perakitan Tanaman Toleran Kekeringan (Rossa Yunita)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar