Asosiasi tanaman dan tumbuhan gulma pada tingkat tertentu menyebabkan kerugian yang disebabkan oleh kompetisi dari gulma terhadap tanaman atau sebaliknya. Kecepatan pertumbuhan tanaman dan gulma akibat lingkungan yang sesuai dapat menyebabkan jenis tertentu mampu tumbuh baik dan bersaing. Jenis yang tumbuh baik tersebut biasanya ada persamaan dalam hal kebutuhan pertumbuhan (ruang, cahaya, nutrisi, dan air atau kelembaban) atau karena persamaan morfologi (misal bentuk daun). Sehingga jenis tumbuhan yang tidak mempunyai kesamaan tersebut akan mengalami suatu perubahan diantaranya perubahan fenotip, penurunan laju pertumbuhan atau akhirnya mati. (Nugroho,1997)
Sifat genetik tanaman legum ialah pada pembentukan bintil akar yang mampu menambat N2 secara hayati. Populasi tertentu gulma teki mampu berpengaruh pada efektifitas biak rhizobium dalam penambatan N2 alami. Hasil penelitian Sutarto dan Bangun (1989), dicatat bahwa terjadi hambatan pembentukan bintil akar efektif tanaman kacang tanah. Allelopati gulma teki (diduga senyawa fenol) dapat meracuni biak rhizobium alami dalam tanah maupun filamen bintil akar. Kemampuan teki pada populasi 10 umbi teki berkemampuan menurunkan hasil kacang tanah sampai 53,14%. Makin tinggi populasi teki makin banyak pula senyawa allelopat yang disekresikan (dikeluarkan) sehingga semakin kuat daya toksiknya (Supriyono,1988). Persaingan gulma teki dengan tumbuhan atau tanaman lain ialah melalui akar. Penurunan kemampuan akar tanaman disebabkan oleh allelopat sebagai penghambat penyerapan hara dan air yang berpengaruh pada pertumbuhan dan pembentukan klorofil, sehingga akan menghambat fotosintesis. Makin rapat gulma teki, makin banyak allelopat yang disekresikan, makin singkat pula persaingan untuk hara dan air.
Banyak faktor seperti cuaca, vigor semai, jarak antar barisan tanaman, tanah, sifat pertumbuhan kedelai, dan populasi serta spesies gulma mempengaruhi derajat penurunan hasil kedelai yang disebabkan oleh gulma. Kondisi pertumbuhan optimum bagi gulma sering sama dengan kondisi optimum bagi kedelai. Jika kesuburan tanah, air tanah, dan suhu menguntungkan bagi pertumbuhan kedelai,kompetisi dari spesies gulma yang beradaptasi meningkat. Pada petakan-petakan tanah yang dipupuk, pertumbuhan gulma dan reduksi hasil kedelai lebih besar daripada di petakan-petakan tanah yang tidak dipupuk. Reduksi hasil juga lebih besar jika populasi kedelai rendah. Gulma mempunyai kemampuan menimbun hara dengan mengorbankan hasil kedelai. Jika air terbatas, biji gulma berkecambah dan tumbuh lebih cepat daripada kedelai. Pada suhu berkisar 180 – 300 C, seperti halnya dengan kecepatan pertumbuhan kedelai, kecepatan pertumbuhan sebagian besar gulma meningkat dengan meningkatnya suhu. Dalam dua minggu pertama setelah emergence, kedelai biasanya tumbuh lebih cepat daripada sebagian besar gulma. Namun setelah ketinggian kedelai mencapai 15cm, biasanya gulma tumbuh lebih cepat. Naungan tanaman kedelai oleh gulma selama periode reproduktif awal dapat mereduksi pembentukan polong. Reduksi hasil terutama disebabkan oleh reduksi jumlah polong. Kompetisi gulma hanya sedikit atau tidak berpengaruh terhadap ukuran biji atau jumlah biji per polong (Mimbar, 1994).
Moenandir, Widaryanto dan Poedjantoro (1988) melaporkan bahwa gulma yang tumbuh pada pertanaman kedelai mempengaruhi besarnya bobot kering polong yang dihasilkan. Hal ini erat hubungannya dengan luas daun tanaman yang terbentuk sebagai organ fotosintesis. Akibat persaingan dengan gulma, maka pembentukan luas daun menjadi terhambat sehingga proses fotosintesis sebagai penghasil bahan kering juga mengalami hambatan.
Sardjono et al. (1990) melaporkan bahwa adanya persaingan dengan gulma pada tanaman kedelai menyebabkan terlambatnya pembungaan. Kallman et al. (1974) dalam Basir (1988) mengemukakan bahwa pembungaan yang terlambat dapat mengakibatkan jumlah polong dan biji sedikit dibandingkan sifat-sifat yang dimiliki varietas tersebut. Pada penelitian yang dilakukan Sardjono et al (1990) diketahui bahwa, penurunan hasil akibat persaingan dengan gulma pada varietas Orba sebesar 82-84 %, sedangkan varietas Tidar 74-94%. Sedangkan menurut Nugroho et al (1998), akibat perbedaan tingkat kadar air tanah dan perbedaan tingkat populasi gulma menyebabkan perbedaan pada pencapaian berat kering biji kedelai varietas Wilis, berturut-turut 21%, 26%,31%, dan 28% dibandingkan tanpa gulma. Teki yang masih hidup mengeluarkan senyawa allelopati lewat organ dibawah tanah, jika sudah mati baik organ yang berada di atas tanah maupun yang di bawah tanah sama-sama dapat melepaskan senyawa alelopati. Telah banyak bukti yang menunjukkan bahwa beberapa jenis gulma menahun yang sangat agresif termasuk Agropyron repens, Cirsium arvense, Sorgum halepense, Cyperus rotundus, dan Imperata cylindrica mempunyai pengaruh allelopati, khususnya melalui senyawa beracun yang dikeluarkan dari bagian-bagian yang organnya telah mati. Sutarto (1990) memperlihatkan bahwa tekanan ekstrak teki segar 200 dan 300 g/250 ml air menyebabkan pertumbuhan tanaman kacang tanah menjadi kerdil dan kurus, serta potensi hasilnya menurun. Suroto (1996) memperlihatkan bahwa perlakuan kerapatan awal teki 25,50, dan 100/m2 menurunkan bobot biji kacang tanah pertanaman masing-masing sebesar 14,69%,14,88%, dan 17,57%.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar