Buscar

Páginas

500 ribu untuk raport baru





Sekitar dua hari yang lalu aku sempet jalan-jalan di salah satu pusat perbelanjaan di kota dimana aku harus menyelesaikan tugas akhirku. Saat itu hampir setengah sembilan malam, waktu aku dan temenku memutuskan untuk pulang. Baru beberapa langkah dari pintu keluar kudapati sosok kecil dengan memangku keranjang makanan. Segera aku dan temenku menghampirinya
“Hey, pa kabar? Jualan apa aja nich?” Tanya temenku
“Ini kak cuma ada pastel.” Jawab anak itu
“Kok tumben pastel aja, dulukan macem-macem?” tanyaku, teringat saat pertama bertemu anak ini di depan mall yang sama, tapi di sudut yang berbeda, saat gerimis, dan anak ini menggigil kedinginan mendekap keranjang makanannya, dengan matanya yang merah dan suaranya yang serak, menahan kantuk.
“Iya, kak yang biasa buat jajanan gorengan gak jual lagi.”jawabnya polos
“Ya, udah kakak beli empat ya.” Kataku, seraya duduk di sampingnya, yang diikuti juga temenku
“ Lama gak jualan ya? Beberapa hari yang lalu kakak habis dari sini kok gak ada?”, Tanya temenku
“Iya kak.” Jawabnya pendek
“Eh, ngomong-ngomong namanya siapa?” Tanya temenku lagi
“Ali kak.”
“Ali kelas berapa?”tanyaku
“Kelas lima tapi seharusnya kelas dua SMP.” Jawabnya
Aku dan temenku hanya diam menunggu penjelasan Ali selanjutnya, dan gak lama bibir mungil itu mulai bercerita
“Sempet gak sekolah tiga tahun kak.”
“Kenapa?” tanyaku penasaran, dan berharap bukan karena kondisi ekonomi orang tuanya yang menyebabkan dia harus berhenti sekolah.
“Dulu waktu mau naik ke kelas lima, raportnya hilang kak,saat itukan mau pindah sekolah, kalo gak ada raportkan gak bisa pindah.”
“Kok bisa? Memangnya hilang dimana?”Tanya temenku
“Di sekolah. Terus kalau mau dapat raport baru harus bayar 500 ribu.”jelasnya
“Lho, bukankah kalau di sekolah seharusnya gurunya yang ganti, kan dikumpulin kegurunya?” tanyaku
“Iya kak, tapi gurunya gak mau ganti, dan tetep minta 500 ribu, untuk bisa dapat raport baru.”
“Deeggg!!!” Serasa ada yang menghunjam jantungku, aku tahu uang 500 ribu bagi keluarga Ali bukan jumlah yang kecil, ayahnya berprofesi sama seperti dia, pedagang asongan, dan ibunya hanya seorang ibu rumah tangga biasa,yang harus menjaga anak-anaknya yang masih kecil, adik-adik Ali yang ada empat anak.
“ Terus sekarang kok bisa lanjutin lagi?”Tanya temenku
“Iya kak, raportnya sudah ketemu.”jawabnya
Ya Allah…hampir saja seorang anak gak bisa nerusin sekolahnya, justru gara-gara gurunya, seseorang yang seharusnya ada di barisan paling depan dalam urusan pendidikan di negeri ini…tragis…!!!


Nb: Nama Ali bukan nama sebenarnya

2 komentar:

Q-rhoo's blog

sekarang saatnya coba coment yg ini....... hihihihihihihihihi...... sometimes life can be so complicated... sometimes can be so simple...... ^_^

Tyas

jadi..pada intinya enjoy aja..ya?

Posting Komentar